Efektivitas AI dalam Mendeteksi Perilaku Bullying di Lingkungan Pendidikan Dasar
s2dikdas.fip.unesa.ac.id, SURABAYA – Bullying telah menjadi perhatian global, termasuk di Indonesia. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa kasus bullying di sekolah terus meningkat setiap tahunnya. Bentuk bullying yang terjadi sangat beragam, mulai dari verbal, fisik, hingga siber.
Fenomena ini
tidak hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada ekosistem pembelajaran
secara keseluruhan. Salah satu tantangan utama dalam
mengatasi bullying adalah sulitnya mendeteksi perilaku tersebut secara dini.
Kemajuan teknologi
kecerdasan buatan (AI) menawarkan solusi inovatif dalam menangani masalah ini.
Sistem AI kini dapat digunakan untuk memonitor perilaku siswa melalui analisis
video, pola percakapan di media sosial, maupun data survei yang dikumpulkan di
lingkungan sekolah.
Dengan
algoritma yang canggih, AI mampu mendeteksi tanda-tanda perilaku bullying
seperti intimidasi, ekspresi wajah tidak nyaman, hingga pola komunikasi yang
mencurigakan.
Keunggulan dan
Tantangan Implementasi AI
Penggunaan AI membawa sejumlah keunggulan, seperti kemampuan analisis data
secara cepat, skalabilitas tinggi, dan minimnya bias manusia. Teknologi ini
juga dapat membantu guru untuk lebih fokus pada pembinaan karakter dan
pembelajaran, tanpa terbebani oleh tugas pengawasan yang berlebihan.
Namun,
tantangan dalam implementasinya juga tidak dapat diabaikan. Salah satu
tantangan terbesar adalah biaya yang cukup tinggi untuk mengadopsi teknologi
ini, terutama bagi sekolah-sekolah di daerah terpencil. Selain itu, ada pula
kekhawatiran terkait privasi dan keamanan data siswa yang perlu diatur secara
ketat.
Implementasi AI
harus disertai regulasi yang jelas agar tidak terjadi penyalahgunaan data atau
pelanggaran privasi siswa. Penting pula pengadaan pelatihan bagi guru dan
tenaga kependidikan untuk memahami cara kerja AI sehingga teknologi ini dapat
dimanfaatkan secara optimal.
Rekomendasi
untuk Masa Depan Pendidikan
AI bukanlah solusi tunggal untuk mengatasi bullying, tetapi alat pendukung yang
sangat efektif jika digunakan dengan bijaksana. Upaya pencegahan dan pendidikan
karakter tetap menjadi fondasi utama dalam menciptakan budaya anti-bullying di sekolah.
Beberapa
langkah yang dapat dilakukan guna pencegahan bullying di sekolah diantaranya peningkatan
literasi digital dengan memberikan
pelatihan kepada guru, siswa, dan orang tua terkait penggunaan teknologi secara
aman dan bijak. Kedua, kolaborasi multidisiplin dengan mengintegrasikan teknologi AI
dengan pendekatan psikologis dan pendidikan untuk menciptakan sistem deteksi
dan intervensi yang holistik.
Selanjutnya, penyusunan regulasi denagn mengembangkan kebijakan yang
mendukung penerapan teknologi AI di sekolah, termasuk perlindungan data siswa. Terakhir, penyediaan dana dan infrastruktur dengan memperluas akses ke teknologi
AI, terutama untuk sekolah di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
Dengan
kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan pihak sekolah, harapannya
teknologi AI dapat menjadi katalisator dalam menciptakan lingkungan pendidikan
dasar yang lebih aman dan inklusif.
Dengan
melibatkan AI dalam mendeteksi bullying, diharapkan tidak hanya memberikan
solusi nyata terhadap permasalahan yang ada, tetapi juga menciptakan masa depan
pendidikan yang lebih baik bagi generasi penerus bangsa.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas