Stimulasi Otak Anak Melalui Permainan Edukatif

s2dikdas.fip.unesa.ac.id. SURABAYA — Di era modern saat ini,
perkembangan teknologi yang pesat membawa dampak besar terhadap pola tumbuh
kembang anak, khususnya pada aspek kognitif dan sosial. Di banyak daerah, baik
di lingkungan keluarga maupun di sekolah, mulai terlihat kecenderungan
anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai ketimbang melakukan
aktivitas bermain yang merangsang otak. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran
akan kurangnya stimulasi terhadap perkembangan otak anak, terutama pada masa
usia dini yang merupakan periode emas bagi pertumbuhan mental dan intelektual
mereka.
Fenomena ini diamati oleh banyak guru dan orang tua, khususnya di
lembaga pendidikan anak usia dini seperti PAUD dan taman kanak-kanak. Anak-anak
menjadi kurang aktif secara mental, cepat bosan dalam belajar, dan memiliki
kemampuan konsentrasi yang rendah. Dalam menghadapi permasalahan ini, salah
satu solusi yang mulai digalakkan adalah memperkenalkan kembali permainan
edukatif sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran dan pengasuhan anak.
Permainan edukatif merupakan aktivitas bermain yang dirancang untuk
tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menstimulasi berbagai fungsi otak anak.
Melalui permainan seperti puzzle, balok susun, permainan peran, hingga
teka-teki gambar, anak-anak belajar mengasah logika, memecahkan masalah,
memperluas kosa kata, hingga membangun kemampuan sosial. Tidak hanya guru,
orang tua pun memiliki peran penting dalam menyediakan dan mendampingi anak
dalam bermain, sehingga permainan yang dilakukan tidak hanya sekadar hiburan,
tetapi benar-benar mendukung proses belajar. Permainan yang melibatkan
interaksi langsung juga membantu anak belajar tentang kerja sama, empati, dan
komunikasi. Misalnya, saat bermain rumah-rumahan atau dokter-dokteran,
anak-anak belajar memahami peran, tanggung jawab, serta mengungkapkan perasaan
dan pikiran mereka dengan cara yang kreatif. Aktivitas-aktivitas semacam ini
sangat efektif dalam membangun dasar karakter anak yang kuat, yang nantinya
akan sangat berguna saat mereka tumbuh dewasa.
Dalam pelaksanaannya, sekolah-sekolah dan guru mulai
mengintegrasikan permainan edukatif ke dalam kegiatan belajar harian. Di sisi
lain, kampanye kepada orang tua mengenai pentingnya permainan edukatif juga
mulai digencarkan. Sebab, keberhasilan stimulasi otak anak tidak hanya
ditentukan oleh apa yang terjadi di sekolah, tetapi juga oleh lingkungan rumah
yang mendukung.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa permainan edukatif bukanlah
kegiatan pelengkap, melainkan bagian penting dalam proses pembentukan
kecerdasan anak. Melalui pendekatan yang menyenangkan ini, anak-anak tidak
hanya akan tumbuh menjadi individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga
matang secara sosial dan emosional. Maka, sudah saatnya permainan edukatif
menjadi pilihan utama dalam mendampingi tumbuh kembang anak sejak dini.
Penulis: Shevila Salsabila Al Aziz