Teori Belajar Behavioristik dan Konstruktif: Konsep dan Penerapannya

Teori
belajar merupakan dasar penting dalam dunia pendidikan untuk memahami bagaimana
peserta didik menyerap, memproses, dan mengaplikasikan pengetahuan. Dua teori
yang cukup berpengaruh adalah teori belajar behavioristik dan teori
belajar konstruktif. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam
memahami proses belajar.
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori
belajar behavioristik adalah
teori yang menekankan bahwa proses belajar terjadi melalui perubahan perilaku
yang dapat diamati dan diukur. Teori ini berfokus pada hubungan antara stimulus
dan respons yang ditunjukkan oleh peserta didik. Behaviorisme didasarkan pada
gagasan bahwa semua perilaku dapat dijelaskan tanpa perlu memeriksa proses
mental internal (pikiran atau emosi), dan sebaliknya hanya bergantung pada
penguatan dan hukuman yang mempengaruhi perilaku.
Tokoh utama
dari teori ini adalah B.F. Skinner, Ivan Pavlov, dan John
Watson. Skinner mengembangkan konsep penguatan positif dan penguatan
negatif sebagai cara untuk memperkuat atau melemahkan perilaku tertentu.
Prinsip Utama:
- Stimulus-respons: Belajar terjadi sebagai hasil dari
adanya stimulus yang diikuti dengan respons tertentu.
- Penguatan
(reinforcement): Tindakan yang diikuti oleh konsekuensi positif (penguatan
positif) cenderung diulang.
- Hukuman
(punishment): Tindakan yang diikuti oleh konsekuensi negatif (hukuman)
cenderung berkurang.
Penerapan dalam Pendidikan:
Dalam
pendidikan, teori behavioristik sering diterapkan melalui pemberian penghargaan
atau hukuman sebagai motivasi belajar siswa. Misalnya, siswa yang rajin
mengerjakan tugas diberikan pujian atau hadiah, sementara siswa yang melanggar
aturan dikenai sanksi.
2. Teori Belajar Konstruktif
Teori konstruktif
atau konstruktivisme adalah pendekatan yang menyatakan bahwa peserta
didik membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman. Peserta didik
aktif menciptakan pemahaman mereka dengan cara menghubungkan informasi baru
dengan pengetahuan yang sudah ada. Dalam pandangan ini, belajar bukan sekadar
menerima informasi, tetapi menciptakan makna dari pengalaman.
Jean Piaget dan Lev Vygotsky adalah tokoh sentral dalam teori konstruktif. Piaget berfokus pada tahapan perkembangan kognitif anak, sementara Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam proses belajar.
Prinsip Utama:
- Belajar
sebagai proses aktif: Siswa berperan sebagai peserta yang aktif dalam proses belajar,
bukan penerima pasif informasi.
- Pengetahuan
bersifat subyektif: Pengetahuan dibangun oleh peserta didik berdasarkan pengalaman
dan konteks mereka.
- Interaksi
sosial:
Vygotsky menekankan pentingnya kolaborasi dan interaksi sosial dalam
pembentukan pengetahuan.
Penerapan dalam Pendidikan:
Dalam
pendekatan konstruktif, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa
menemukan pengetahuan sendiri, bukan sekadar menyampaikan informasi. Misalnya,
melalui diskusi kelompok, eksperimen, atau proyek, siswa diajak untuk
mengeksplorasi materi pelajaran dan mengembangkan pemahaman secara mandiri.
Studi Kasus
Kasus 1:
Teori Behavioristik di Kelas
Di sebuah
kelas SD, guru menerapkan sistem reward (penghargaan) dan punishment (hukuman)
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Misalnya, setiap kali siswa mengerjakan
tugas tepat waktu, mereka akan diberikan bintang emas. Jika sudah mengumpulkan
lima bintang emas, siswa berhak mendapatkan hadiah berupa alat tulis.
Sebaliknya, jika siswa tidak mengerjakan tugas atau mengganggu teman, mereka
akan diberi teguran dan catatan di buku harian sekolah yang harus ditandatangani
orang tua.
Dalam kasus
ini, guru menggunakan penguatan positif (reward) untuk mendorong
perilaku yang diinginkan, yaitu disiplin mengerjakan tugas. Sebaliknya, hukuman
digunakan untuk mengurangi perilaku negatif. Pendekatan ini mencerminkan prinsip-prinsip
behavioristik, di mana perilaku diubah melalui konsekuensi yang
diberikan.
Kasus 2:
Teori Konstruktif di Kelas
Di kelas
lain, guru meminta siswa untuk membuat proyek tentang ekosistem. Guru hanya
memberikan panduan umum dan membiarkan siswa bekerja dalam kelompok untuk
mencari informasi, mendiskusikan temuan mereka, dan menyajikan proyek dalam
bentuk peta ekosistem. Siswa ditantang untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya
tentang rantai makanan dan menghubungkannya dengan konsep ekosistem. Di akhir
proyek, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka dan berdiskusi
dengan kelompok lain.
Kasus ini
menggambarkan pendekatan konstruktivis, di mana siswa aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui proyek yang mereka kerjakan secara kolaboratif.
Guru bertindak sebagai fasilitator yang memandu proses belajar, tetapi tidak
memberikan jawaban langsung.
Kesimpulan
Teori
belajar behavioristik dan konstruktif menawarkan pendekatan yang berbeda dalam
memahami proses belajar. Behavioristik fokus pada perubahan perilaku yang bisa
diamati dan dipengaruhi oleh stimulus-respons, sementara konstruktivisme lebih
menekankan pada bagaimana siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui pengalaman dan interaksi sosial. Pemahaman kedua teori ini
dapat membantu guru dalam memilih metode pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik siswa.
Penulis:
Nurul Istiq'faroh
Editor : Nurul Istiq'faroh
Foto:
Freepik