Wahai, Para Guru… Mari Rangkul Perbedaan!
“Pelangi tidak akan indah jika hanya satu warna. Jangan memaksa sama dan kita harus terima perbedaan yang indah sebagai suatu hal yang berguna”
Banyak yang tidak sadar kalau bangsa
ini didirikan oleh para guru. Selama ini kita mengenal para guru-guru tanpa
sayap yang diciptakan untuk menggebrak dunia. Siapa yang tak kenal Ki Hadjar
Dewantara bapak Pendidikan Nasional dengan
Taman Siswa-nya. Juga petuahnya yang terkenal “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun
karso dan dan Tut Wuri
Handayani”. Ternyata, “the Founding Fathers” kita pun juga para guru. Presiden
Soekarno beliau adalah proklamator sekaligus presiden pertama. Beliau juga pernah
menjadi guru di Yayasan Muhammadiyah saat diasingkan ke Bengkulu. Bung Hatta
pun pernah menjadi Professor di Universitas Hasanudin Makassar. Hal ini sungguh
membanggakan. Bangsa yang sangat besar. Negara yang terdiri dari banyak suku
bangsa ternyata didirikan oleh para pejuang yang banyak menjadi guru.
Peran guru sangat luar biasa,
kemajuan bangsa ini ada dipundak kita. Seorang yang memiliki profesi apapun
(dokter, perawat, bidan, insinyur, ilmuwan, arsitek, dan seniman) dilahirkan
dari tangan tangan suci para guru yang mendidiknya dengan hati yang tulus. Itulah
alasan mengapa kita harus bangga menjadi seorang Guru. Harapannya, setelah kita
bangga dengan profesi kita, maka akan semakin cinta dengan apa yang kita
lakukan sebagai wujud pengabdian dan melayani anak didik dengan hati.
‘Mendidik dengan hati’ itulah motto yang sebaiknya
kita sematkan dalam pikiran, dan perbuatan dalam mendidik anak-anak kita
disekolah. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah: “Bagaimana jika anak didik
kita bandel, tidak bisa di didik dengan halus?” atau “Bagaimana jika anak didik
kita memiliki special need yang susah
diatasi dan membuat rusuh dikelas?”
Kita tidak perlu cemas, takut, bahkan sampai membenci
anak didik yang memiliki perilaku unik dikelas. Karena pada dasarnya, mereka
berperilaku yang demikian itu tanpa disengaja. Mereka memiliki alasan mengapa
dirinya melakukan hal-hal unik yang membuat kegaduhan dikelas (speciall need). Berikut ini alasan umum
yang melatar belakangi perilaku negatif pada anak didik: (1) tugas yang anda berikan
mungkin terlalu mudah atau sebaliknya, malah terlalu sulit bagi mereka; (2)
tugas yang Anda berikan kurang menarik, sehingga membuat mereka merasa bosan;
(3) metode pembelajaran yang Anda terapkan tidak sesuai dengan gaya belajar
anak didik; (4) anak didik mungkin belum siap untuk belajar; (5) harapan yang
Anda bebankan pada mereka kurang jelas bahkan tidak beralasan; (6) kemampuan
sosialisasi anak didik sangat terbatas, mereka tidak dapat berkomunikasi secara
baik dengan siswa lain atau merasa rendah diri.
Disamping alasan tersebut diatas, anak yang
berperilaku demikian, memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai; (1) Perhatian;
(2) Kekuasaan; (3) Balas dendam; dan (4) Menghindari kegagalan dan
ketidakmampuannya.
Setiap anak merupakan individu yang berbeda-beda. Setiap
anak memiliki latar belakang berbeda. Memiliki caranya sendiri dalam bersikap
dan memetik pelajaran dari lingkungan sekitar, dan memiliki mimpi yang
berbeda-beda untuk masa depan mereka. Meluangkan waktu untuk memahami anak
didik anda secara individual dan mengenali keluarga mereka maka pada dasarnya telah
menunjukkan bahwa anda peduli terhadap mereka serta menghargai setiap keunikan
yang melekat pada diri mereka.
Seorang guru perlu mengatahui minat dan mimpi masing-masing siswa dan juga apa yang mereka ketahui serta apa yang dapat mereka lakukan. Sangatlah penting untuk mengembangkan beberapa kegiatan yang memungkinkan anda untuk lebih mengenalinya. Berikut ini terdapat tiga kegiatan yang dapat menggali informasi anak didik tentang siapa dirinya; (1) kegiatan siapakah aku?; (2) kegiatan waktu untuk berbagi; dan (3) kegiatan melengkapi pernyataan.
Penulis: Hitta Alfi Muhimmah, M.Pd.