Belajar dari Ramadhan untuk Meningkatkan Empati dan Kepedulian Sosial

S2dikdas.fip.unesa.ac.id. SURABAYA— Ramadhan bukan hanya bulan
ibadah, tetapi juga momen refleksi yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan,
terutama empati dan kepedulian sosial. Di berbagai daerah, masih banyak
masyarakat yang hidup dalam keterbatasan ekonomi, berjuang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Namun, di tengah kesibukan dan gaya hidup modern, rasa
peduli terhadap sesama sering kali terlupakan. Ramadhan menjadi pengingat bahwa
berbagi dan membantu orang lain adalah bagian penting dalam kehidupan
sosial.
Selama menjalankan ibadah puasa, seseorang merasakan lapar dan haus
sepanjang hari, memberikan kesempatan untuk memahami kondisi mereka yang hidup
dalam kekurangan. Perasaan ini menumbuhkan empati dan mendorong munculnya
keinginan untuk membantu. Oleh karena itu, Ramadhan selalu identik dengan
berbagai kegiatan sosial, seperti pembagian takjil, santunan bagi anak yatim,
serta bakti sosial di berbagai tempat.
Di masjid-masjid dan komunitas, banyak orang berinisiatif untuk
berbagi makanan berbuka puasa kepada mereka yang membutuhkan. Tak hanya itu,
lembaga sosial dan masyarakat juga aktif menggalang dana untuk memberikan
santunan kepada keluarga miskin dan anak yatim. Kegiatan lain, seperti gotong
royong membersihkan lingkungan dan membantu warga lanjut usia, semakin
memperkuat nilai kepedulian dalam masyarakat selama bulan suci ini. Namun,
tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga semangat kepedulian ini setelah
Ramadhan berakhir. Banyak orang yang tergerak untuk berbagi selama bulan puasa,
tetapi kembali pada rutinitasnya setelah Idul Fitri. Oleh karena itu, penting
untuk menjadikan kebiasaan berbagi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya dengan memberikan bantuan materi, tetapi juga dengan tindakan kecil
seperti memberikan waktu, tenaga, atau perhatian kepada mereka yang
membutuhkan.
Selain itu, nilai kepedulian sosial juga harus diajarkan sejak dini
kepada anak-anak. Mereka perlu memahami bahwa berbagi bukan hanya kewajiban
saat Ramadhan, tetapi sesuatu yang harus dilakukan sepanjang waktu. Komunitas
dan lembaga sosial juga memiliki peran dalam menciptakan program berkelanjutan
untuk membantu mereka yang kurang beruntung.
Ramadhan yang penuh keberkahan ini memberikan pelajaran berharga
tentang pentingnya empati dan kepedulian sosial. Puasa bukan sekadar menahan
lapar dan haus, tetapi juga sarana untuk merasakan penderitaan orang lain dan
terdorong untuk membantu. Jika semangat berbagi ini terus dipertahankan setelah
Ramadhan, maka kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, penuh
kasih sayang, dan peduli terhadap sesama.
Penulis: Shevila Salsabila Al Aziz