Etika Penggunaan AI di Sekolah Dasar: Perlindungan Data Siswa

S2dikdas.fip.unesa.ac.id, SURABAYA - Pada era digital saat ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin berkembang pesat dan mulai diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di dunia pendidikan. Di sekolah dasar, AI menawarkan banyak manfaat, seperti dalam membantu proses pembelajaran, personalisasi materi ajar, serta memfasilitasi interaksi antara siswa dan pengajaran. Namun, meskipun AI dapat memberikan banyak kemudahan, penggunaannya harus disertai dengan pemahaman yang baik tentang etika, terutama terkait dengan perlindungan data siswa.
Penggunaan AI di sekolah dasar dapat mencakup berbagai
bentuk, seperti aplikasi yang menganalisis kemampuan akademik siswa, program
pembelajaran berbasis AI yang menyesuaikan dengan kebutuhan individu, atau
bahkan perangkat lunak yang membantu dalam mengelola administrasi sekolah.
Meskipun semua ini dapat meningkatkan efisiensi, terdapat risiko besar terkait
dengan pengumpulan dan penggunaan data pribadi siswa, yang sangat perlu
diperhatikan oleh pendidik dan pengelola sekolah.
Salah satu isu paling mendasar dalam penggunaan AI di
sekolah dasar adalah pengumpulan data siswa. Data pribadi, seperti nama, usia,
alamat, hingga catatan akademik, mungkin dikumpulkan oleh sistem AI untuk
memberikan rekomendasi yang lebih tepat bagi pembelajaran siswa. Namun, data
ini sangat sensitif dan harus dilindungi dengan baik untuk menghindari
penyalahgunaan yang dapat merugikan siswa dan orang tua mereka.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan siapa yang
memiliki akses terhadap data tersebut. Di banyak sekolah dasar, perangkat yang
digunakan untuk memantau atau mengelola proses pembelajaran berbasis AI dapat
terhubung ke cloud atau server eksternal. Oleh karena itu, perlindungan data
harus mencakup kebijakan yang jelas terkait siapa yang berwenang mengakses
informasi tersebut, serta prosedur keamanan yang dapat mencegah kebocoran data.
Salah satu langkah yang dapat diambil untuk melindungi data
siswa adalah dengan mengenakan kebijakan privasi yang ketat. Sekolah harus
memastikan bahwa semua aplikasi dan perangkat AI yang digunakan memenuhi
standar perlindungan data yang tinggi dan tidak mengumpulkan informasi lebih
dari yang diperlukan. Orang tua juga harus diberi pemahaman tentang bagaimana
data anak mereka digunakan dan diberikan opsi untuk memberikan persetujuan
sebelum data mereka diproses oleh sistem AI.
Kebijakan ini juga harus mencakup hak siswa dan orang tua
untuk mengakses, mengubah, atau menghapus data pribadi yang dikumpulkan. Ini
penting agar siswa dan orang tua merasa memiliki kontrol penuh atas informasi
pribadi mereka, serta memastikan bahwa data yang disimpan tetap akurat dan
relevan. Hal ini juga memberikan rasa aman kepada siswa dan orang tua bahwa
data mereka tidak akan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu, pendidikan tentang etika penggunaan AI perlu
diterapkan di sekolah dasar. Para guru dan siswa perlu diberikan pemahaman
mengenai bagaimana teknologi ini bekerja, serta risiko dan manfaatnya.
Mengajarkan siswa tentang pentingnya privasi dan bagaimana melindungi informasi
pribadi mereka akan membekali mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menjalani dunia digital yang semakin terhubung.
Penting untuk diingat bahwa meskipun AI dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, teknologi ini tidak boleh menggantikan peran guru dalam
memberikan pendidikan yang holistik. Guru tetap memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa teknologi digunakan secara etis dan tidak menyalahi
nilai-nilai pendidikan yang luhur. Oleh karena itu, kebijakan penggunaan AI di
sekolah dasar harus mengutamakan keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai
humanistik.
Perlindungan data juga harus mencakup penggunaan algoritma
yang adil dan transparan. Sistem AI yang digunakan di sekolah dasar seharusnya
dirancang untuk mendukung pembelajaran tanpa memihak atau memperburuk
ketidaksetaraan di antara siswa. Algoritma harus bebas dari bias yang dapat
mempengaruhi kesempatan belajar siswa, serta tidak mendiskriminasi berdasarkan
latar belakang atau kemampuan siswa.
Tantangan terbesar dalam penggunaan AI di sekolah dasar
adalah menjaga agar teknologi ini tetap berada di jalur yang benar, yakni untuk
mendukung pendidikan tanpa mengorbankan hak-hak siswa. Oleh karena itu,
pemerintah, sekolah, dan pengembang teknologi harus bekerja sama untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan etis, di mana perlindungan data
menjadi prioritas utama.
Sebagai kesimpulan, penggunaan AI di sekolah dasar memiliki
potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi harus
disertai dengan perhatian yang serius terhadap etika dan perlindungan data
siswa. Semua pihak yang terlibat, mulai dari pengelola sekolah hingga orang
tua, harus bekerja sama untuk memastikan bahwa penggunaan teknologi ini dapat
bermanfaat tanpa mengorbankan privasi dan hak-hak dasar siswa. Dengan
pendekatan yang bijaksana dan kebijakan yang jelas, kita dapat menciptakan lingkungan
pendidikan yang aman dan menyeluruh bagi generasi masa depan.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas
Dokumentasi: Nettiaika.fi