Gaji Guru Naik 2025: Apakah Kesejahteraan Pendidikan Meningkat?

Pendidikan adalah kunci pembangunan sebuah bangsa, dan guru merupakan ujung tombaknya. Pemerintah Indonesia telah membuat langkah besar dengan mengumumkan kenaikan gaji guru mulai 2025, sebuah kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik dan kualitas pendidikan nasional. Namun, pertanyaannya tetap: apakah kenaikan gaji ini cukup untuk menjawab tantangan pendidikan yang kompleks?
Kebijakan Kenaikan Gaji Guru 2025
Presiden Prabowo Subianto, dalam peringatan Hari Guru Nasional 2024,
mengumumkan kenaikan gaji untuk guru ASN dan non-ASN. Guru ASN akan menerima
tambahan satu kali gaji pokok per tahun, sementara guru non-ASN akan memperoleh
tunjangan tetap sebesar Rp2 juta per bulan. Langkah ini sejalan dengan
peningkatan anggaran pendidikan menjadi Rp81,6 triliun pada 2025, naik dari
Rp64,9 triliun pada tahun sebelumnya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
2024).
Dampak Langsung pada Kesejahteraan Guru
Kenaikan gaji guru diharapkan mampu memperbaiki taraf hidup tenaga
pendidik, khususnya guru non-ASN. Data menunjukkan bahwa sekitar 30% guru di
Indonesia, terutama honorer, menerima pendapatan di bawah UMR (Suryadarma &
Jones, 2013). Dengan tunjangan Rp2 juta per bulan, guru honorer dapat menikmati
sedikit peningkatan finansial, meskipun angka ini masih jauh dari standar
kehidupan layak.
Namun, pertanyaannya adalah apakah kenaikan ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan dasar guru, terutama di daerah perkotaan yang biaya hidupnya lebih
tinggi. Darling-Hammond (2000) menegaskan bahwa kesejahteraan guru berkorelasi
erat dengan motivasi dan efektivitas kerja, yang pada gilirannya berdampak pada
hasil belajar siswa.
Tantangan dalam Implementasi
Salah satu tantangan terbesar dari kebijakan ini adalah implementasi.
Sebelumnya, distribusi tunjangan guru sering kali mengalami keterlambatan
karena birokrasi yang rumit. Jika mekanisme penyaluran tidak diperbaiki,
manfaat dari kenaikan gaji ini dapat terhambat.
Selain itu, kebijakan ini perlu didukung oleh upaya yang lebih luas
untuk mengurangi disparitas antara guru ASN dan non-ASN. Saat ini, guru honorer
sering kali bekerja di bawah tekanan yang lebih besar, tetapi dengan
penghargaan yang jauh lebih rendah. Ketimpangan ini dapat memengaruhi moral
tenaga pendidik secara keseluruhan (The Jakarta Post, 2024).
Hubungan Kesejahteraan Guru dan Kualitas Pendidikan
Kenaikan gaji guru juga memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, jika diimbangi dengan kebijakan pengembangan profesional.
Penelitian oleh Hanushek (2011) menunjukkan bahwa insentif finansial harus
disertai dengan pelatihan yang efektif untuk meningkatkan kompetensi guru.
Dalam konteks Indonesia, kebijakan ini harus dilengkapi dengan program
pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, dan penghargaan berbasis kinerja.
Sementara itu, peningkatan kesejahteraan guru diharapkan dapat menarik
lebih banyak individu berbakat ke dalam profesi ini. Selama ini, profesi guru
sering kali dianggap kurang menarik secara finansial, sehingga banyak lulusan
terbaik memilih karier lain. Dengan insentif yang lebih baik, profesi guru bisa
menjadi pilihan yang lebih kompetitif.
Pengaruh pada Pembangunan Pendidikan Nasional
Selain meningkatkan kesejahteraan individu guru, kebijakan ini juga
memiliki dampak jangka panjang pada sistem pendidikan nasional. SDG 4
menekankan pentingnya pendidikan berkualitas dan inklusif sebagai dasar
pembangunan yang berkelanjutan (United Nations, 2015). Dengan meningkatkan
kesejahteraan guru, pemerintah Indonesia mengambil langkah penting menuju
pencapaian tujuan tersebut.
Namun, kenaikan gaji tidak dapat berdiri sendiri. Peningkatan fasilitas
pendidikan, akses ke teknologi, dan kurikulum yang relevan juga merupakan
elemen penting untuk mencapai pendidikan berkualitas. Kebijakan kenaikan gaji
hanya akan berhasil jika menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk
mereformasi sistem pendidikan.
Kesimpulan
Kebijakan kenaikan gaji guru pada 2025 adalah langkah progresif yang
patut diapresiasi. Kebijakan ini tidak hanya menunjukkan penghargaan terhadap
peran guru, tetapi juga membuka peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia. Namun, implementasi yang efektif, pengawasan distribusi anggaran,
dan kebijakan pendukung lainnya sangat diperlukan agar dampak positifnya
benar-benar dirasakan.
Jika dijalankan dengan baik, kebijakan ini dapat menjadi titik balik
bagi sistem pendidikan nasional. Guru yang sejahtera adalah fondasi bagi
pendidikan yang berkualitas, dan pendidikan yang berkualitas adalah kunci untuk
masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Referensi
Darling-Hammond, L.
(2000). Teacher quality and student achievement. Education policy
analysis archives, 8, 1-1. https://doi.org/10.14507/epaa.v8n1.2000
Hanushek, E. A.,
& Woessmann, L. (2011). The economics of international differences in
educational achievement. Handbook of the Economics of Education, 3,
89-200. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-53429-3.00002-8
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2024). Laporan Tahunan Anggaran
Pendidikan Indonesia. Jakarta: Kemendikbud.
Suryadarma, D., & Jones, G. W. (2013). Education in Indonesia.
Singapore: ISEAS–Yusof Ishak Institute. https://bookshop.iseas.edu.sg/publication/1852 diakses pada 24 November 2024.
The Jakarta Post. (2024). “Guru dan Kesejahteraan: Catatan Hari Guru
Nasional.”
United Nations. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for
Sustainable Development. New York: United Nations.
Penulis: Annas Solihin, S.Pd.