Guru dan Gaji Layak: Langkah Besar untuk Masa Depan Pendidikan

Guru adalah ujung tombak pendidikan, memainkan peran vital dalam membentuk generasi penerus bangsa. Namun, isu tentang gaji guru yang tidak layak telah lama menjadi perbincangan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya memberikan gaji layak bagi guru sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Peran Sentral Guru dalam Pendidikan
Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing moral, motivator, dan
teladan bagi siswa. Penelitian menunjukkan bahwa kualitas guru sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Hattie (2009), guru yang
kompeten dapat memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian siswa
dibandingkan faktor lain, seperti fasilitas atau kurikulum. Namun, tanggung
jawab besar ini sering kali tidak sejalan dengan penghargaan yang mereka
terima.
Di Indonesia, survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021
menunjukkan bahwa banyak guru honorer hanya menerima gaji di bawah Upah Minimum
Regional (UMR), dengan rata-rata pendapatan kurang dari Rp1,5 juta per bulan.
Padahal, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan
bahwa guru adalah tenaga profesional yang berhak atas penghasilan yang memadai.
Mengapa Gaji Layak Penting?
- Motivasi
dan Kinerja Guru - Gaji
yang layak dapat meningkatkan motivasi kerja guru. Herzberg dalam teori
motivasi dua faktornya menyatakan bahwa gaji adalah "faktor
pemeliharaan" yang diperlukan untuk mencegah ketidakpuasan kerja.
Guru yang merasa dihargai cenderung lebih berkomitmen untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Murnane & Steele
(2007) di Amerika Serikat menemukan bahwa gaji guru yang kompetitif dapat
menarik individu berkualitas tinggi untuk memasuki profesi ini.
- Stabilitas
Keuangan Guru - Gaji yang
layak memberikan stabilitas finansial bagi guru, memungkinkan mereka fokus
pada tugas mendidik tanpa harus mencari pekerjaan tambahan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Bennell dan Akyeampong (2007), disebutkan
bahwa banyak guru di negara berkembang terpaksa mengambil pekerjaan lain
untuk mencukupi kebutuhan hidup, sehingga waktu dan energi mereka untuk
mengajar menjadi terbatas.
- Meningkatkan
Status Sosial Guru - Memberikan
gaji yang layak juga meningkatkan status sosial profesi guru. Di
Finlandia, di mana guru adalah salah satu profesi dengan bayaran
tertinggi, mereka dihormati sebagai salah satu pilar utama masyarakat
(Sahlberg, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan finansial
berbanding lurus dengan penghargaan sosial terhadap profesi.
Dampak Langsung pada Pendidikan
Peningkatan gaji guru memiliki dampak langsung pada kualitas pendidikan.
Sebuah studi oleh Dolton dan Marcenaro-Gutierrez (2011) menunjukkan bahwa
negara-negara dengan gaji guru yang lebih tinggi cenderung memiliki hasil
belajar siswa yang lebih baik, diukur melalui skor Programme for International
Student Assessment (PISA). Selain itu, peningkatan gaji juga membantu menarik
individu berkualitas tinggi untuk menjadi guru, menciptakan ekosistem
pendidikan yang lebih kompeten.
Di Indonesia, misalnya, negara-negara yang memberikan tunjangan lebih
besar kepada guru, seperti di Jakarta, menunjukkan tingkat kepuasan kerja yang
lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Namun, ini juga mencerminkan ketimpangan
distribusi anggaran pendidikan yang perlu diperbaiki.
Kendala dalam Mewujudkan Gaji Layak
Meski urgensi peningkatan gaji guru sudah jelas, ada sejumlah tantangan
yang harus diatasi:
- Anggaran
Pendidikan yang Terbatas
- Anggaran pendidikan sering kali menjadi sorotan. Berdasarkan data dari
Kementerian Keuangan tahun 2023, alokasi anggaran pendidikan di Indonesia
sudah mencapai 20% dari APBN, namun sebagian besar digunakan untuk biaya
operasional sekolah dan infrastruktur.
- Ketidakseimbangan
Antara Guru Negeri dan Honorer - Perbedaan signifikan antara gaji guru negeri dan honorer menjadi
masalah. Guru honorer yang tidak terikat kontrak tetap sering kali
menerima gaji yang jauh di bawah standar. Reformasi sistem penggajian ini
membutuhkan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan
kesetaraan.
- Kurangnya
Pengelolaan Profesional -
Dalam beberapa kasus, pengelolaan keuangan daerah yang tidak optimal
menyebabkan keterlambatan pembayaran gaji atau tunjangan guru. Hal ini
menambah beban psikologis bagi para pendidik.
Langkah Menuju Solusi
Beberapa langkah strategis dapat diambil untuk memastikan guru
mendapatkan gaji yang layak:
- Reformasi
Sistem Penggajian - Pemerintah
perlu memperbaiki sistem penggajian guru, terutama untuk guru honorer.
Sistem ini harus transparan dan berbasis kinerja. Menurut penelitian OECD
(2018), insentif berbasis kinerja dapat meningkatkan motivasi guru untuk
mengajar dengan lebih baik.
- Pengalokasian
Anggaran yang Efisien - Anggaran
pendidikan harus dikelola dengan lebih efisien. Misalnya, mengurangi
belanja infrastruktur yang kurang mendesak dan mengalihkannya untuk
meningkatkan kesejahteraan guru.
- Kemitraan
dengan Swasta - Kerja
sama dengan sektor swasta dapat menjadi alternatif pendanaan untuk
mendukung gaji guru. Program CSR perusahaan dapat diarahkan untuk
meningkatkan kualitas hidup para pendidik, terutama di daerah terpencil.
- Peningkatan
Kapasitas Guru - Selain
gaji, pelatihan dan pengembangan profesional juga harus diperhatikan. Guru
yang memiliki kompetensi tinggi lebih layak menerima kompensasi yang lebih
besar.
Kesimpulan
Guru adalah fondasi dari sistem pendidikan yang kuat. Memberikan gaji
yang layak bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga investasi strategis untuk
masa depan bangsa. Dengan mengatasi tantangan yang ada dan menerapkan kebijakan
yang tepat, kita dapat memastikan bahwa guru menerima penghargaan yang mereka
layak terima, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal.
Daftar Referensi
Bennell, P., & Akyeampong, K. (2007). Teacher motivation in
Sub-Saharan Africa and South Asia. DFID. https://assets.publishing.service.gov.uk/media/57a08be640f0b652dd000f9a/ResearchingtheIssuesNo71.pdf
Dolton, P., &
Marcenaro-Gutierrez, O. D. (2011). If you pay peanuts do you get monkeys? A
cross-country analysis of teacher pay and pupil performance. Economic
policy, 26(65), 5-55. https://doi.org/10.1111/j.1468-0327.2010.00257.x
Hattie, J. (2009). Visible Learning: A Synthesis of Over 800
Meta-Analyses Relating to Achievement. Routledge. https://doi.org/10.4324/9780203887332
Murnane, R. J., & Jennifer L. Steele. (2007). What Is the Problem?
The Challenge of Providing Effective Teachers for All Children. The Future
of Children, 17(1), 15–43. http://www.jstor.org/stable/4150018
OECD. (2018). Education at a Glance 2018: OECD Indicators. OECD
Publishing. https://doi.org/10.1787/19991487
Sahlberg, P. (2011). Finnish Lessons: What Can the World Learn from
Educational Change in Finland? Teachers College Press. https://books.google.co.id/books?id=7A4VEAAAQBAJ&lpg=PP1&ots=Ko36GdsMBT&dq=Finnish%20Lessons%3A%20What%20Can%20the%20World%20Learn%20from%20Educational%20Change%20in%20Finland&lr&hl=id&pg=PP1#v=onepage&q=Finnish%20Lessons:%20What%20Can%20the%20World%20Learn%20from%20Educational%20Change%20in%20Finland&f=false
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Pendidikan Indonesia 2021.
Jakarta: BPS. https://www.bps.go.id/id/publication/2021/11/26/d077e67ada9a93c99131bcde/statistik-pendidikan-2021.html
Penulis: Annas Solihin, S.Pd.