Menghitung Harapan: Dampak Kenaikan Gaji Guru terhadap Masa Depan Pendidikan Indonesia

Guru adalah pelita bagi generasi muda, berperan penting dalam membangun bangsa melalui pendidikan. Namun, di tengah peran penting ini, gaji guru sering kali tidak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka emban. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah memulai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru, termasuk dengan kebijakan kenaikan gaji. Artikel ini membahas dampak dari langkah tersebut terhadap masa depan pendidikan Indonesia, dengan melibatkan pandangan ilmiah dan fakta terkini.
Konteks: Realitas Gaji Guru di Indonesia
Sistem pendidikan Indonesia menghadapi banyak tantangan, salah satunya
adalah kesejahteraan guru. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2021, sekitar 45% guru honorer di Indonesia menerima gaji di bawah Rp1
juta per bulan. Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, yang menyebutkan bahwa guru berhak atas penghasilan
yang layak.
Kebijakan pengangkatan guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) dan kenaikan gaji bagi guru negeri menjadi langkah
penting untuk mengatasi masalah ini. Namun, bagaimana dampaknya terhadap
kualitas pendidikan dan masa depan generasi mendatang?
Dampak Kenaikan Gaji Guru terhadap Pendidikan
1. Peningkatan Motivasi dan Kinerja Guru
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi
efektivitas guru dalam mengajar. Herzberg (1968) dalam teori motivasinya
menyatakan bahwa gaji yang layak merupakan "faktor pemeliharaan" yang
membantu mencegah ketidakpuasan kerja.
Studi oleh Bennell dan Akyeampong (2007) menemukan bahwa rendahnya gaji
guru di negara berkembang menjadi salah satu penyebab utama rendahnya motivasi
dan produktivitas. Dengan kenaikan gaji, guru dapat lebih fokus pada tugas
mereka tanpa perlu mencari pekerjaan tambahan. Hal ini relevan di Indonesia, di
mana banyak guru honorer terpaksa bekerja paruh waktu di sektor lain untuk
mencukupi kebutuhan hidup.
2. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kesejahteraan guru yang lebih baik memiliki dampak langsung pada hasil
belajar siswa. Dolton dan Marcenaro-Gutierrez (2011) menunjukkan bahwa
negara-negara yang memberikan gaji tinggi kepada guru cenderung memiliki hasil
pendidikan yang lebih baik, diukur melalui skor Programme for International
Student Assessment (PISA).
Dengan guru yang lebih fokus dan termotivasi, siswa diharapkan
mendapatkan pengalaman belajar yang lebih baik. Guru yang merasa dihargai juga
lebih cenderung mengembangkan metode pengajaran inovatif yang dapat
meningkatkan partisipasi dan prestasi siswa.
3. Menarik Talenta Berkualitas ke Dunia Pendidikan
Peningkatan gaji guru juga dapat menarik individu-individu berbakat
untuk terjun ke dunia pendidikan. Di Finlandia, misalnya, profesi guru adalah
salah satu pekerjaan yang paling diminati karena kompensasi yang kompetitif dan
status sosial yang tinggi (Sahlberg, 2011).
Di Indonesia, profesi guru sering kali dipandang sebagai pilihan
terakhir karena gaji yang rendah. Dengan kebijakan kenaikan gaji, diharapkan
profesi ini menjadi lebih menarik bagi generasi muda yang memiliki potensi
besar.
Tantangan dalam Implementasi Kenaikan Gaji Guru
1. Keterbatasan Anggaran Daerah
Meski pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar
untuk pendidikan—20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)—pelaksanaannya sering kali terkendala oleh keterbatasan anggaran di
tingkat daerah. Banyak pemerintah daerah yang belum mampu memenuhi standar gaji
layak bagi guru, terutama di wilayah terpencil.
2. Ketimpangan Antara Guru Honorer dan Guru Negeri
Perbedaan besar antara gaji guru honorer dan guru negeri masih menjadi
masalah yang belum sepenuhnya teratasi. Meski program PPPK telah memberikan
jalan keluar, banyak guru honorer yang belum memenuhi syarat untuk mengikuti
seleksi atau belum lulus seleksi. Hal ini menciptakan ketimpangan yang dapat
memengaruhi semangat kerja di kalangan guru.
3. Transparansi dan Efisiensi Pengelolaan Anggaran
Laporan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan bahwa ada
beberapa kasus di mana anggaran pendidikan tidak dikelola secara efisien,
seperti keterlambatan pembayaran tunjangan guru atau alokasi anggaran yang
tidak tepat sasaran. Hal ini dapat menghambat dampak positif dari kenaikan gaji
guru.
Membangun Masa Depan Pendidikan Indonesia
Untuk memastikan bahwa kenaikan gaji guru memberikan dampak positif yang
berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang holistik. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat diambil:
- Penguatan
Sistem Seleksi dan Pengangkatan PPPK - Program PPPK harus terus ditingkatkan untuk memberikan
kesempatan yang adil bagi semua guru honorer. Seleksi yang transparan dan
pelatihan lanjutan bagi guru yang lolos dapat memastikan bahwa guru yang
diangkat memiliki kualitas yang memadai.
- Insentif
bagi Guru di Daerah Terpencil - Pemerintah perlu memberikan insentif tambahan bagi guru yang
bersedia mengajar di daerah terpencil, termasuk tunjangan khusus,
fasilitas perumahan, dan pelatihan profesional.
- Pelatihan
dan Pengembangan Profesional Guru - Kesejahteraan finansial harus diimbangi dengan pengembangan
kompetensi. Guru perlu mendapatkan pelatihan berkala untuk mengikuti
perkembangan teknologi dan metode pengajaran modern.
- Efisiensi
dan Transparansi Pengelolaan Anggaran - Pemerintah daerah harus didorong untuk mengelola anggaran
pendidikan dengan lebih baik, termasuk melalui audit rutin dan pelibatan
masyarakat dalam pengawasan.
Harapan untuk Pendidikan Indonesia
Kenaikan gaji guru adalah investasi besar yang berpotensi membawa
perubahan signifikan bagi pendidikan Indonesia. Guru yang sejahtera dapat
menjadi agen perubahan yang membawa semangat baru ke dalam ruang kelas,
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, dan membentuk generasi masa depan
yang cerdas, inovatif, dan berintegritas.
Namun, keberhasilan kebijakan ini bergantung pada pelaksanaan yang
konsisten, pengawasan yang ketat, dan dukungan dari semua pihak, termasuk
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Dengan komitmen bersama,
harapan untuk masa depan pendidikan Indonesia yang lebih baik dapat terwujud.
Daftar Referensi
Bennell, P., & Akyeampong, K. (2007). Teacher motivation in
Sub-Saharan Africa and South Asia. DFID. https://assets.publishing.service.gov.uk/media/57a08be640f0b652dd000f9a/ResearchingtheIssuesNo71.pdf diakses pada 29 November 2024.
Dolton, P., &
Marcenaro-Gutierrez, O. D. (2011). If you pay peanuts do you get monkeys? A
cross-country analysis of teacher pay and pupil performance. Economic
policy, 26(65), 5-55. https://doi.org/10.1111/j.1468-0327.2010.00257.x
Herzberg, F. (1968). Work and the Nature of Man. World Publishing
Company.
Sahlberg, P. (2011). Finnish Lessons: What Can the World Learn from
Educational Change in Finland? Teachers College Press. https://doi.org/10.25656/01:11098
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Pendidikan Indonesia 2021.
Jakarta: BPS. https://www.bps.go.id/id/publication/2021/11/26/d077e67ada9a93c99131bcde/statistik-pendidikan-2021.html diakses pada 24 November 2024.
Chetty, R.,
Friedman, J. N., & Rockoff, J. E. (2014). Measuring the impacts of teachers
II: Teacher value-added and student outcomes in adulthood. American
economic review, 104(9), 2633-2679. https://doi.org/10.1257/aer.104.9.2633
Hanushek, E. A.,
& Rivkin, S. G. (2010). Generalizations about using value-added measures of
teacher quality. American economic review, 100(2),
267-71. https://doi.org/10.1257/aer.100.2.267
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023).
Laporan Anggaran Pendidikan.
Penulis: Annas Solihin, S.Pd.