Pengembangan Keterampilan Berpiakir Kritis dalam Penerapan Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar

S2dikdas.fip.unesa.ac.id. SURABAYA — Penerapan Kurikulum Merdeka di
berbagai sekolah dasar di Indonesia menandai langkah besar dalam reformasi
pendidikan nasional. Kurikulum ini menekankan pentingnya pembelajaran yang
fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Namun, masih banyak sekolah
yang menghadapi tantangan dalam mengembangkan salah satu kompetensi utama yang
diusung kurikulum ini, yaitu keterampilan berpikir kritis.
Masalah ini terlihat di sejumlah sekolah dasar, di mana siswa masih
cenderung pasif, menghafal materi tanpa benar-benar memahami, serta kurang
dilatih untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Hal ini menjadi
perhatian guru dan kepala sekolah, terutama di wilayah-wilayah yang baru
mengadopsi Kurikulum Merdeka.
Keterampilan berpikir kritis sangat penting di era digital dan
informasi saat ini. Siswa dituntut bukan hanya menerima informasi, tetapi juga
mampu mengolah, menilai, dan menggunakannya secara bijak. Dalam konteks
Kurikulum Merdeka, berpikir kritis menjadi fondasi pembelajaran berbasis proyek
(Project Based Learning) dan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan
membentuk karakter dan kecakapan abad 21. Untuk menumbuhkan keterampilan ini,
guru perlu melakukan pendekatan yang lebih interaktif dan reflektif, seperti:
· Diskusi kelompok terbuka, di mana siswa
diajak menyampaikan pendapat dan alasan mereka.
·
Pertanyaan pemantik yang mendorong siswa berpikir "mengapa" dan "bagaimana",
bukan hanya "apa".
·
Tugas proyek yang melibatkan
pemecahan masalah nyata di lingkungan siswa.
·
Refleksi pembelajaran, di mana siswa diajak merefleksikan proses dan hasil yang mereka
capai.
Beberapa guru mengaku masih belum sepenuhnya siap dengan pendekatan
ini. Tantangan umum yang dihadapi antara lain kurangnya pelatihan pedagogi
kritis, beban administrasi, dan keterbatasan sumber belajar. Oleh karena itu,
dukungan dari pemerintah, dinas pendidikan, dan komunitas pendidikan sangat
penting dalam bentuk pelatihan, pendampingan, serta penyediaan sumber daya ajar
yang mendukung pengembangan berpikir kritis.
Kurikulum Merdeka adalah peluang untuk membentuk generasi yang
mandiri dan berpikir kritis sejak dini. Guru menjadi kunci keberhasilan
implementasi kurikulum ini, dengan menanamkan cara berpikir yang tidak hanya
cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh dalam menghadapi kompleksitas dunia
nyata. Sekolah perlu terus berinovasi, berkolaborasi, dan mengembangkan
ekosistem belajar yang mendukung tumbuhnya keterampilan berpikir kritis siswa.
Penulis: Shevila Salsabila Al Aziz