Belajar Matematika Dari Pilkada Dengan Pendekatan Kontekstual

s2dikdas.fip.unesa- SURABAYA Pilkada bukan hanya sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi dapat mengajarkan kepada peserta didik terkait konsep median dan rata-rata, sehingga matematika terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Data Perolehan Suara Partai Politik
Sebagai contoh, berikut adalah data sederhana tentang
hasil suara lima partai politik terbesar:
●
Partai A: 30%
●
Partai B: 25%
●
Partai C: 20%
●
Partai D: 15%
●
Partai E: 10%
Belajar Konsep Median
Guru menjelaskan bahwa median adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan. Setelah
data diurutkan secara meningkat (10%, 15%, 20%, 25%, 30%), nilai median berada
di tengah, yaitu 20%. Ini memberikan
gambaran yang jelas kepada siswa tentang bagaimana memahami posisi tengah dalam
sekumpulan data.
Belajar Konsep Rata-Rata
Selanjutnya, siswa diajak untuk menghitung rata-rata dengan menjumlahkan semua
data dan membaginya dengan jumlah elemen. Guru menyoroti bahwa
dalam contoh ini, median dan rata-rata memiliki nilai yang sama, meskipun tidak
selalu demikian pada data lain.
Manfaat Belajar Kontekstual
Dengan menggunakan data pemilu sebagai bahan belajar,
siswa tidak hanya memahami konsep matematika tetapi juga mendapatkan wawasan
baru tentang demokrasi dan sistem politik di Indonesia. Guru menjelaskan bahwa
angka-angka ini mencerminkan suara rakyat yang berkontribusi menentukan masa
depan negara.
"Awalnya saya
tidak mengerti apa itu median, tapi setelah melihat data pemilu, saya jadi
paham dan tertarik," ungkap seorang siswa. Pengalaman ini memperlihatkan
bahwa pembelajaran berbasis konteks dapat meningkatkan pemahaman sekaligus
membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
Mengaitkan Matematika dengan Kehidupan Nyata
Selain matematika, guru juga mengaitkan pembelajaran
ini dengan pendidikan kewarganegaraan. Siswa belajar bahwa setiap angka dalam
data pemilu mewakili pilihan nyata dari jutaan orang. Hal ini menumbuhkan rasa
tanggung jawab sejak dini terhadap proses demokrasi.
Kesimpulan
Belajar melalui data pemilu menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan relevan bagi siswa sekolah dasar. Dengan pendekatan seperti ini, guru tidak hanya menyampaikan teori, tetapi jugamemperkenalkan siswa pada dunia nyata, menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
Referensi:
- Maryati, I. (2017). Peningkatan Kemampuan Penalaran Statistis
Peserta didik Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Kontekstual.
Mosharofa, 6(1), 129- 140.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). Panduan Pembelajaran Kontekstual untuk
Sekolah Dasar.
- Nababan, S. A. (2020). Analisis kemampuan penalaran matematis siswa melalui model problem based learning. Jurnal Genta Mulia, 11(1), 6-12. Retrived from https://ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/article/view/212
###
Penulis: Reynaldo