Peluang dan Tantangan Penerapan AI dalam Kurikulum Pendidikan Karakter di Era Merdeka Belajar
s2dikdas.fip.unesa.ac.id, SURABAYA - Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI), pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai peluang dan tantangan dalam menghadapi transformasi digital. Salah satu aspek yang mendapat perhatian besar adalah integrasi AI dalam kurikulum pendidikan karakter.
Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dalam kebijakan Merdeka
Belajar menekankan pada penciptaan sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan
relevan dengan kebutuhan zaman. Kurikulum pendidikan karakter, yang menjadi
salah satu elemen penting dalam pembentukan moral dan etika peserta didik, kini
menghadapi tantangan dan peluang dengan kehadiran teknologi AI.
Salah satu peluang terbesar dari
penerapan AI dalam kurikulum pendidikan karakter adalah kemampuannya untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif. AI dapat menganalisis
perilaku dan perkembangan siswa melalui data yang dikumpulkan selama proses
pembelajaran. Dengan demikian, AI mampu memberikan rekomendasi atau strategi
pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan individu siswa.
AI juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi potensi karakter siswa yang perlu ditingkatkan. Misalnya, AI
dapat menganalisis interaksi siswa dalam berbagai situasi, baik di dalam kelas
maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler, untuk mengidentifikasi nilai-nilai
karakter seperti kerja sama, kejujuran, disiplin, dan empati. Hasil analisis
ini bisa digunakan untuk menyusun program penguatan karakter yang lebih tepat
sasaran.
Tantangan Penerapan AI
dalam Pendidikan Karakter
Namun, meskipun penerapan AI
menawarkan banyak peluang, terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi,
terutama dalam konteks pendidikan karakter. Salah satu tantangan utama adalah
bagaimana AI dapat memahami dan mengevaluasi karakter dengan cara yang sejalan
dengan nilai-nilai lokal dan budaya yang beragam di Indonesia.
Karakter bukanlah sesuatu yang
dapat sepenuhnya dipahami melalui algoritma atau data semata, ia juga sangat dipengaruhi oleh nilai
sosial, budaya, dan moral yang berlaku dalam masyarakat.
Selain itu, penerapan AI dalam
pendidikan karakter memerlukan perangkat yang mumpuni dan infrastruktur
teknologi yang memadai. Tidak semua sekolah di Indonesia memiliki akses
terhadap teknologi terbaru atau infrastruktur internet yang stabil, terutama di
daerah-daerah terpencil.
Untuk mengatasi tantangan ini,
perlu ada pendekatan yang seimbang dalam penggunaan AI dalam pendidikan
karakter. Pendekatan ini harus mempertimbangkan aspek budaya dan sosial yang
menjadi landasan pendidikan karakter di Indonesia.
AI seharusnya bukanlah pengganti
peran guru, tetapi sebagai alat bantu yang memperkaya proses pembelajaran dan
pengembangan karakter siswa. Sebagai langkah awal, penguatan literasi digital
bagi para pendidik dan siswa menjadi hal yang sangat penting.
Dengan memahami cara kerja
teknologi, guru dapat lebih mudah mengintegrasikan AI dalam pembelajaran tanpa
mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi inti pendidikan karakter.
Keterlibatan semua pihak,
termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, juga sangat penting
untuk memastikan bahwa penerapan AI tidak menciptakan kesenjangan. Pembenahan
infrastruktur teknologi di sekolah-sekolah yang kurang terakses menjadi langkah
strategis agar semua siswa mendapatkan manfaat yang setara dari penerapan
teknologi ini.
Penulis: Dede Rahayu Adiningtyas